Sofa secara umum dapat diartikan sebagai kursi panjang yang memiliki lengan dan sandaran, berlapis busa dan kain pelapis (upholstery). Istilah sofa berasal dari kata sopha yang memiliki arti sebagai tempat duduk seperti dipan/tempat tidur (Wikipedia bahasa Indonesia).
Selanjutnya Wikipedia tersebut memberi penjelasan tentang komponen-komponen sofa demikian.
- Rangka, umumnya terbuat dari bahan kayu. Jenis kayu yang digunakan sebagai rangka sofa antara lain meranti, mahoni, pinus, dan lain lain.
- Sistem pegas, berfungsi sebagai penahan daya tekan dari dudukan sofa. Sistem pegas biasanya terbuat dari per, tetapi dapat pula menggunakan karet sebagai penggantinya.
- Dudukan, berfungsi memberikan kenyamanan dalam sebuah sofa. Tingkat kelembutan/keempukan dari dudukan berbeda-beda tergantung selera masing-masing individu. Dudukan dibuat dari busa, kadang-kadang digunakan per sebagai bahan penopang untuk menghemat penggunaan busa.
- Sandaran dapat dibuat dari busa, dakron maupun bulu angsa. Penggunaannya tergantung dari model sofa yang dibuat. Sandaran yang dibuat dari bulu angsa memiliki nilai yang tinggi.
- Upholstery. Kunci keindahan dari sebuah sofa terletak pada upholsterynya. Pelapis ini dapat menggunakan kain, dapat juga menggunakan kulit (asli maupun sintesis/oscar). Pemilihan pelapis (upholstery) selayaknya disesuaikan dengan tema ruangan pengguna sofa.
Sofa dewasa ini sudah menjadi bagian dari gaya hidup seseorang. Sofa dapat digunakan untuk rumah tinggal (ruang tamu atau ruang keluarga), untuk kantor (ruang tamu, ruang tunggu), untuk rumah sakit, ruang entertainment, dan lain sebagainya. Sofa menurut jamannya dapat dibagi menjadi dua model besar, yaitu model klasik konvensional dan minimalis modern. Gaya Klasik konvensional sempat menjadi trend masyarakat sekitar 15 atau 20 tahun yang lalu dan bertahan cukup lama hingga pertengahan tahun 2000an, yang secara dramatis beralih kepada trend minimalis seiring dengan menjamurnya trend-trend rumah minimalis. Tapi jangan lupa, diantara dua trend ini pasar sofa sempat "meledak" dengan munculnya produk sofa sudutan yang ditawarkan dengan desain cukup apik dan harga terjangkau. Anda pencinta sofa pasti masih ingat nama-nama sofa sudutan kala itu seperti "tersanjung" karena mencontoh model sofa di sinetron tersanjung, dan lain sebagainya.
Model klasik konvensional menekankan pada ukuran yang besar (jumbo), bentuk yang terkesan megah dengan segala pernak perniknya seperti yang tampak pada gambar disamping. Gaya ini memerlukan ruangan yang luas untuk menempatkannya karena memang ukurannya yang jumbo, dan mengingatkan kita pada film-film kerajaan di Eropa tempo dulu.
Lain halnya dengan sofa minimalis. Bentuk dan model sofa ini lebih sederhana, kompak tanpa pernak pernik. Kalaupun ada sedikit variasi, paling pada sudut sandarannya atau sudut tanganannya yang dibuat sedikit oval. Variasi-variasi lain yang sering dibuat oleh produsen adalah pada permainan warna dan jenis bahan upholsterynya. Kombinasi warna atau kombinasi bahan (kain dan kulit) memungkinkan penampilan sofa menjadi lebih menarik.
Masalahnya sekarang, dipasaran banyak sekali ditawarkan jenis, bentuk dan kualitas sofa yang semuanya bagus-bagus dan semuanya nomer satu. Jika Anda seorang awam yang ingin memiliki sofa untuk rumah Anda, pastilah Anda akan kebingungan memilih dari sekian banyak sofa nomer satu itu, bahkan besar kemungkinan Anda tertipu oleh penampilan menawan sofa yang Anda taksir disertai mulut manis dari si penjual, seperti yang pernah dialami oleh seorang teman. Teman saya itu pernah membeli seperangkat sofa disalah satu mall terkemuka di Jakarta Selatan. Penampilan memang sangat oke ditambah dengan penuturan si penjual bahwa sofa tersebut buatan Jerman dengan harga sekian puluh juta rupiah. Teman itu tertarik dan akhirnya membeli sofa tersebut. Setelah sekian tahun bosan dengan warna kainnya (apalagi kainnya sudah agak lapuk dan bau), teman saya itu berniat untuk mengganti kain pelapis tersebut sambil sekalian menambal busa-busa yang sudah perlu ditambah. Ternyata yang saya lihat adalah, kain pelapisnya buatan pabrik tekstil di Bandung, rangkanya dibuat dari kayu kalimantan, dan sofa tersebut, melihat dari cara pembuatannya, adalah buah tangan orang Tegal!
Nah, saya ingin berbagi pengalaman dengan memberikan tips bagaimana memilih sofa yang baik. Pertama, Anda seyogyanya sudah memutuskan jenis sofa yang ingin Anda beli. Apakah untuk ruang tamu, ruang keluarga, atau untuk ruangan lain. Kemudian modelnya, dan yang tidak kalah pentingnya adalah ukuran ruangannya! Dengan mengetahui dimensi ruang yang hendak Anda isi sofa, maka Anda bisa mencari ukuran sofa yang pas untuk ruangan tersebut.
Kedua, Jika Anda tertarik pada salah satu sofa ditoko tersebut, amati dulu keseluruhannya meliputi antara lain model : apakah sesuai dengan model dalam angan angan Anda, ukuran : apakah pas dengan dimensi ruangan yang tersedia, warna : apakah sesuai dengan warna ruangan Anda, jahitannya : apakah jahitannya kencang dan lurus, keempukan tanganan, sandaran dan tempat duduk, dan lain lainnya.
Ketiga, baliklah salah satu sofa pilihan Anda tersebut sehingga posisi kaki diatas. Biasanya tutup bawah sofa terbuat dari kain tipis transparan sehingga "dalamannya" bisa dilihat. Lihatlah kayu yang digunakan untuk kerangka. Kerangka yang baik adalah yang terbuat dari kayu yang tidak mudah kena penyakit semisal kayu albasia atau kayu pinus. Kayu Albasia, walaupun tampak rapuh dan ringan tapi kayunya ulet tidak mudah pecah jika dipaku dan yang penting, tidak bubukan. Kayu pinus sedikit bergetah sehingga serangga enggan menghampirinya. Hindari kerangka sofa yang terbuat dari kayu keras misalnya mahoni, pete, jengkol, nangka dan lain lainnya. Kayu-kayu tersebut nampaknya keras, kuat dan berat, tapi mudah sekali terkena bubukan. Lihat juga kebagian yang lebih dalam, apakah sofa tersebut memakai per/pegas atau tidak (produk yang baik selalu menggunakan per (vertikal dan atau horisontal), kerapatan karetnya (semakin rapat karet semakin baik), lalu busanya (busa angin atau busa biasa).
Keempat, setelah point 1 sampai 3 "lulus" dari ujian Anda, yang terakhir adalah masalah harga. Nah kalau yang ini saya serahkan sepenuhnya kepada Anda.
Model klasik konvensional menekankan pada ukuran yang besar (jumbo), bentuk yang terkesan megah dengan segala pernak perniknya seperti yang tampak pada gambar disamping. Gaya ini memerlukan ruangan yang luas untuk menempatkannya karena memang ukurannya yang jumbo, dan mengingatkan kita pada film-film kerajaan di Eropa tempo dulu.
Lain halnya dengan sofa minimalis. Bentuk dan model sofa ini lebih sederhana, kompak tanpa pernak pernik. Kalaupun ada sedikit variasi, paling pada sudut sandarannya atau sudut tanganannya yang dibuat sedikit oval. Variasi-variasi lain yang sering dibuat oleh produsen adalah pada permainan warna dan jenis bahan upholsterynya. Kombinasi warna atau kombinasi bahan (kain dan kulit) memungkinkan penampilan sofa menjadi lebih menarik.
Masalahnya sekarang, dipasaran banyak sekali ditawarkan jenis, bentuk dan kualitas sofa yang semuanya bagus-bagus dan semuanya nomer satu. Jika Anda seorang awam yang ingin memiliki sofa untuk rumah Anda, pastilah Anda akan kebingungan memilih dari sekian banyak sofa nomer satu itu, bahkan besar kemungkinan Anda tertipu oleh penampilan menawan sofa yang Anda taksir disertai mulut manis dari si penjual, seperti yang pernah dialami oleh seorang teman. Teman saya itu pernah membeli seperangkat sofa disalah satu mall terkemuka di Jakarta Selatan. Penampilan memang sangat oke ditambah dengan penuturan si penjual bahwa sofa tersebut buatan Jerman dengan harga sekian puluh juta rupiah. Teman itu tertarik dan akhirnya membeli sofa tersebut. Setelah sekian tahun bosan dengan warna kainnya (apalagi kainnya sudah agak lapuk dan bau), teman saya itu berniat untuk mengganti kain pelapis tersebut sambil sekalian menambal busa-busa yang sudah perlu ditambah. Ternyata yang saya lihat adalah, kain pelapisnya buatan pabrik tekstil di Bandung, rangkanya dibuat dari kayu kalimantan, dan sofa tersebut, melihat dari cara pembuatannya, adalah buah tangan orang Tegal!
Nah, saya ingin berbagi pengalaman dengan memberikan tips bagaimana memilih sofa yang baik. Pertama, Anda seyogyanya sudah memutuskan jenis sofa yang ingin Anda beli. Apakah untuk ruang tamu, ruang keluarga, atau untuk ruangan lain. Kemudian modelnya, dan yang tidak kalah pentingnya adalah ukuran ruangannya! Dengan mengetahui dimensi ruang yang hendak Anda isi sofa, maka Anda bisa mencari ukuran sofa yang pas untuk ruangan tersebut.
Kedua, Jika Anda tertarik pada salah satu sofa ditoko tersebut, amati dulu keseluruhannya meliputi antara lain model : apakah sesuai dengan model dalam angan angan Anda, ukuran : apakah pas dengan dimensi ruangan yang tersedia, warna : apakah sesuai dengan warna ruangan Anda, jahitannya : apakah jahitannya kencang dan lurus, keempukan tanganan, sandaran dan tempat duduk, dan lain lainnya.
Ketiga, baliklah salah satu sofa pilihan Anda tersebut sehingga posisi kaki diatas. Biasanya tutup bawah sofa terbuat dari kain tipis transparan sehingga "dalamannya" bisa dilihat. Lihatlah kayu yang digunakan untuk kerangka. Kerangka yang baik adalah yang terbuat dari kayu yang tidak mudah kena penyakit semisal kayu albasia atau kayu pinus. Kayu Albasia, walaupun tampak rapuh dan ringan tapi kayunya ulet tidak mudah pecah jika dipaku dan yang penting, tidak bubukan. Kayu pinus sedikit bergetah sehingga serangga enggan menghampirinya. Hindari kerangka sofa yang terbuat dari kayu keras misalnya mahoni, pete, jengkol, nangka dan lain lainnya. Kayu-kayu tersebut nampaknya keras, kuat dan berat, tapi mudah sekali terkena bubukan. Lihat juga kebagian yang lebih dalam, apakah sofa tersebut memakai per/pegas atau tidak (produk yang baik selalu menggunakan per (vertikal dan atau horisontal), kerapatan karetnya (semakin rapat karet semakin baik), lalu busanya (busa angin atau busa biasa).
Keempat, setelah point 1 sampai 3 "lulus" dari ujian Anda, yang terakhir adalah masalah harga. Nah kalau yang ini saya serahkan sepenuhnya kepada Anda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar